Minggu, 12 April 2009

Siapa Asrul Sani



Siapa yang tak kenal dengan Asrul Sani?

Asrul Sani, sosok tokoh yang multi talenta Indonesia. Lahir di Rao, Pasaman, suatu daerah di sebelah utara Sumatra Barat, pada tanggal 10 Juni 1926. Terlahir sebagai keturunan dari keluarga kerajaan, yang ayahnya seorang raja bergelar “Sultan Marah Sani Syair Alamsyah Yang Dipertuan Sakti Rao Mapat”. Dan dari seorang ibu yang penuh perhatian, diusia dini ia sudah mendengar cerita “Surat Kepada Radja” karya Tagore.
Ada yang menyebutkan bahwa Asrul kecil memulai pendidikan formalnya di Holland Inlandsche School (HIS), Bukittinggi, pada tahun 1936. Adapula yang mengatakannya masuk di SR “Sekolah Rakyat”. Yang pasti lalu, ia masuk ke SMP Taman Siswa, Jakarta (1942). Ia menyelesaikan kuliahnya pada tahun 1955, sebagai alumni Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Indonesia, jadilah ia seorang dokter hewan. Namun kecintaannya pada dunia sastra dan peran membawanya untuk mengikuti seminar internasional mengenai kebudayaan di Universitas Harvard (1954), kemudian memperdalam pengetahuan dramaturgi dan sinematografi di Universitas California Selatan, Los Angeles, Amerika Serikat (1956), dilanjutkan dengan Sticusa di Amsterdam (1957-1958).
Di dalam dunia sastra Asrul Sani dikenal sebagai seorang pelopor Angkatan ’45. Kariernya sebagai Sastrawan mulai menanjak ketika bersama Chairil Anwar dan Rivai Apin menerbitkan buku kumpulan puisi yang berjudul Tiga Menguak Takdir. Kumpulan puisi itu sangat banyak mendapat tanggapan, terutama judulnya yang mendatangkan beberapa tafsir. Setelah itu, mereka juga menggebrak dunia sastra dengan memproklamirkan “Surat Kepercayaan Gelanggang” sebagai manifestasi sikap budaya mereka. Gebrakan itu benar-benar mempopulerkan mereka.
Sisi lain dari Asrul, kembali saat bertemu Usmar Ismail, tokoh perfilman kala itu. Bahkan, keduanya sepakat mendirikan Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI) yang melahirkan banyak sineas maupun seniman teater kesohor, seperti Teguh Karya, Wahyu Sihombing, Tatiek W. Maliyati, Ismed M Noor, Slamet Rahardjo Djarot, Nano dan Ratna Riantiarno, Deddy Mizwar, dan lain-lain.
Beliau juga pernah menjadi Ketua Lembaga Seniman dan Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi), Anggota Badan Sensor Film, Ketua Dewan Kesenian Jakarta, anggota Dewan Film Indonesia, lan anggota Akademi Jakarta (salami gesang). Tahun 2000 Asrul nampi penghargaan Bintang Mahaputra saking Pamaréntah RI.
Film pertama yang disutradarai Asrul Sani adalah “Titian Serambut Dibelah Tudjuh” pada tahun 1959. Dan, ia mulai mencapai kematangan ketika sebuah film karyanya “Apa yang Kau Cari Palupi terpilih sebagai film terbaik pada Festival Film Asia pada tahun 1970. Karya besar film lainnya adalah “Monumen Kejarlah Daku Kau Kutangkap”, “Naga Bonar”, “Pagar Kawat Berduri”, “Salah Asuhan”, “Para Perintis Kemerdekaan”, “Kemelut Hidup” dan lain-lain.
Itulah Asrul Sani, yang pada hari Minggu, 11 Januari 2004 tepat pukul 22.15 WIB dengan tenang tepat di pelukan Mutiara Sani (56 tahun) istrinya meninggal dunia pada usia 77 tahun karena usia tua dan meninggalkan tiga putra dan tiga putri serta enam cucu, serta istri pertama Siti Nuraini yang diceraikannya dan istri kedua Mutiara Sani Sarumpaet.


0 komentar: